Deskripsi

Rumah panggung berbentuk oval, berdiri kokoh ditopang tiang sebanyak ± 70 buah tiang penyangga yang disusun sedemikian, Tinggi tiang penopang ± 1,5 Mtr dari atas tanah. Bentuk atap memanjang dan melengkung, terbuat dari bahan daun rumbia. Diperlukan ± 10.000 lembar daun rumbia untuk menutup seluruh bagian atap.

 

Rumah Adat ini didirikan tanpa paku. Tiang-tiang kayu ulin yang besar, rumah Adat Omo Hada terlihat kokoh berdiri. Memiliki atap yang curam dengan ketinggian 16 meter. Bentuk jendela memanjang mengikuti bentuk oval rumah. Terdapat jendela dibagian atap yang dapat dibuka keatas.

Akses masuk ke Omohada aslinya, terdapat pintu kecil pada tangga kecil dibagian bawahnya. Biasanya terdapat ragam hias ukiran ornament khas pada dinding dan kayu penyangga dalam rumah. Diletakkan secara vertical pada dinding bagian depan rumah.

 

Adapun bagian dari tapak dan tiang penyangga tersebut antara lain :

1.    Toyo gehomo,  batu yang menjadi umpak/tapak/alas tiang.

2.    Ehomo, tiang pendukung/penyangga dari tubuh bangunan.

3.    Diwa, balok siku kiri-kanan sebagi tempaat meletakkan pemberat.

4.    Siloto, balok lintang yang menghubungkan tiang-tiang penyangga.

5.    Laliwo, balok lintang yang membagi rata beban tubuh bangunan dan tempat memaku papan lantai

6.    Tambua, sejumlah batu-batu sebagai pemberat yang diletakkan pada balok siku kiri-kanan yang kegunaannya sebagai penyeimbang berat bagian bawah dengan bagian atas bangunan sekaligus pemberat bila terjadi gempa.

7.    Ora, tangga memasuki rumah.

8.    Luse, anak tangga.

9.    Edu’o, tempat berhenti sejenak sebelum naik tangga/memasuki rumah.

 

Bagian atap bangunan tradisional antara lain :

1.    Sago, atap dari daun rumbia yang telah dianyam dan dikeringkan.

2.    Gaso, rusuk tempat pemasangan atap.

3.    Famao’o, balok yang membentuk lingkaran atap.

4.    Buato hare dufo, balok lintang diatas buato yang sejajar dengan alisi (khusus bagian tengah mengokohkan tarombubu).

5.    Buat fangali gaso, balok lintang sebagai pengganti kuda-kuda.

6.    Sanari, tiang-tiang penyangga buato disetiap tingkat atap.

7.    Boto mbu-mbu, balok bubungan.

8.    Lago mbubu, rabung penutup bubungan

9.    Lango mbu-mbu, kayu penahan penutup bubungan.

 

Jenis kayu yang digunakan pada rumah tradisional Nias pada umumnya adalah :

1.    Manawadano, untuk tiang penyangga bawah dan lantai.

2.    Berua, untuk tiang penyangga bawah dan balok induk lantai.

3.    Faebu (nangka) untuk penyangga bawah.

4.    Siholi, untuk tiang penyangga bawah dan dinding.

5.         Afo, untuk dinding

 

Diperkirakan rumah ini dibangun tahun 1940. Rumah Adat dibangun oleh Tuha Lalai, kemudian dilanjutkan oleh Sihönöana’a selaku Tuhönöri (kepala wilayah) pada masa itu, melalui tahapan ritual dan tradisi owasa pembangunan rumah pada masa lalu. Proses pembangunan rumah adat ini mendapat bantaun tenaga dari tentara Jepang yang ada pada masa itu untuk mengangkut kayu dari hutan kemudian membentuk dan menghaluskan kayu agar sesusai dengan yang diperlukan.  

-
No SK : Belum Ada. Objek ini bisa diajukan sebaga CB karena memenuhi syarat sebagaimana UU No.11/2010 tentang Cagar Budaya
Kabupaten / Kota
Bangunan

Utara Jalan Kabupaten
Timur Tanah Kosong
Selatan Tanah Kosong
barat Jalan Desa
Terawat karena ditempati pemiliknya, beberapa bagian sudah lapuk
OTENIELI DAELI
OTENIELI DAELI
-

Peta